Sejarah Musik Tong-tong Warisan Budaya dari Madura

Sumber : koranmadura.com

Hai, namaku jojo. Aku besar di Madura, dan melanjutkan pendidikan di Malang. Madura, kalau orang dengar kata Madura mereka akan berpikiran Madura itu kasar, kejam, religius, dll. Madura yang mereka bayangkan itu adalah Madura yang dulu, dimana kehidupan orang Madura dulu emang kasar tapi religius. Madura yang sekarang sudah tidak ada lagi tawuran atau carok orang nyebutnya, mungkin ada tapi tidak sesering dulu dan sebrutal dulu. Madura juga mempunyai musik tradisional, yaitu musik tong-tong. Saya akan menceritakan sedikit tentang musik tong-tong ini. 


Seni musik tong – tong sering disebut Ul – Daul oleh masyarakat madura. Kata  Tong tong sendiri, istilah ini berasal dari tiruan bunyi yang digunakan untuk menyebut satu kelompok alat musik.Dalam bahasa Madura yang lazim, istilah itu biasanya menyiratkan makna lain yang tidak selalu dieksplisitkan, yaitu perreng. atau bambu. Seni musik tong – tong di sumenep diadakan setahun sekali pada hari jadi Kabupaten Sumenep. Seni musik ini semakin berkembang dengan di adakan banyak Festival Musik Tong – tong di daerah sumenep . Seni Musik Tong-Tong, sejak beberapa tahun terakhir ini tampaknya menjadi fenomena baru dalam kontelasi musik lokal di Madura. Musik tong-tong merupakan  jenis musik tradisional dari Madura yang biasanya dimainkan pada saat patrol membangunkan  warga untuk bersahur pada bulan Puasa atau Ramadlan. Musik ini cukup menarik, memiliki irama harmonis ketika dimainkan secara bersama. Seiring berjalannya waktu musik tong – tong semakin mendekati modern namun masih banyak yang memunculkan ciri khas tong – tong asli madura dan menggunakan alat tradisional.


Ketika dimainkan, musik tong-tong selain dalam bentuk instrumen, kerap juga dilengkapi dengan nyanyian. Lagu-lagu yang dinyanyikan biasanya secara bersama-sama (koor) dengan lagu-lagu Madura, seperti Olle olang, pajjar lagghu, serta lainnya dan kadang pula dinyanyikan dengan lagu-lagu qosidah.


Diwilayah Kabupaten Sumenep, pada dekade sampai akhir tahun 80-an musik ini pernah menjadi trend sebagai musik tradisi. Bahkan untuk mengembangkannya kerap dilakukan Festival Tong-tong. Orkes tontong paling umum diperakan pada bulan Ramadhan ketika sejumlah penabuh biasa berlalu-lalang di sekeliling desa sepanjang malam. Alat-alat musik mereka sangat beragam jenis dan ukurannya, tergantung tingkat keterampilan dan tingkahnya. Masing-masing kelompok dapat menambahkan berbagai alat musik lain di samping kentongan yang merupakan instrumen dasar dari orkes: gendang kembang (gendhang), simbal kecil (kencer, kerca, atau kecek), sejenis peking atau metalofon kecil berpelat tembaga bertipe do-fa-sol atau fa-sol-la .


Begitulah cerita musik tong-tong menjadi musik tradisional Madura, jadi tidak hanya di Sumenep aja yang mengembangkan musik ini tapi tiap kabupaten mengembangkan musik tradisional ini dengan cara mengadakan festival musik tong-tong tiap tahunnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Candi Prambanan

KOTA MALANG